haditstarikh

IMAM HAFIZH IBNU HAJAR AL ASGALANI

BIOGRAFI SINGKAT IMAM HAFIZH IBNU HAJAR (773-802 H)
Beliau adalah Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Mahmud bin Ahmad bin Hajar Al Kinani Al Asgalani. Ia lahir, tinggal dan meninggal dunia di Mesir. Ia adalah penganut madzhab Syafi’i, la juga seorang hakim agung (Oadhi Oudhat) dan ulama besar Islam.

Murid beliau, Syaikh Ibnu Taghri Burdi mengatakan, bahwa Ibnu Hajar adalah orang yang memiliki dedikasi tinggi, berwibawa, bersahaja, cerdas, bijaksana, dan pandai bergaul.” Syaikh Al Biga’i -muridnya juga- berkata, “Ibnu Hajar adalah orang yang memiliki pemahaman dan hafalan yang luar biasa, sehingga memungkinkan untuk mencapai derajat kasyaf, yang dapat menyingkap sesuatu yang tersembunyi. Ia juga memiliki kesabaran yang kokoh, semangat yang tinggi dan hati yang istigamah.”

Najmuddin bin Fahd, seorang ahli hadits negeri Hijaz mengatakan, “Beliau adalah muhaggig yang handal, pintar, fasih, berakhlak mulia dan teguh dalam melaksanakan perintah agama. Dalam syair dikatakan, Mustahil akan datang suatu masa seorang seperti Ibnu Hajar Sesungguhnya masa seperti itu sangatlah sulit. 

Guru Ibnu Hajar

Ibnu Hajar banyak melakukan perjalanan ke berbagai penjuru untuk mencari ilmu sehingga banyak bertemu dengan para ulama terkemuka yang ikhlas memberikan pelajaran kepadanya. Diantaranya adalah, Imam Balgini yang terkenal banyak menghafal dan membaca, Ibnu Mulaggin yang terkenal banyak karangannya, Syaikh Al Iragi yang sangat menguasai ilmu hadits, Haitsami yang banyak hafal matan hadits, Fairuzabadi yang terkenal ahli bahasa, Ghamari yang menguasai bahasa Arab, Muhib bin Hisyam dan “1zz bin Jama’ah yang keduanya banyak menguasai berbagai disiplin ilmu, dan Tanukhi yang terkenal dengan pengetahuan akan gira ‘at (bacaan dalam Al Our’an) dan sanadnya.

Guru beliau banyak sekali dan dikumpulkan dalam kitabnya Al Mujamma’ Al Muassas li Al Mu ‘jam Al Mufahras.
Ibnu Hajar adalah seorang murid yang mempunyai semangat tinggi, pandai, memiliki hafalan yang kuat dan pemahaman yang baik. Hal itu sangat memudahkannya untuk menguasai berbagai disiplin ilmu yang mereka ajarkan.

Ibnu Hajar adalah seorang ahli bahasa, nahwu dan sastra. Berikut Ia memuji Rasulullah SAW dalam salah satu syairnya:

 

Muhammad adalah pembawa rahmat dan pemberi petunjuk bagi manusia,

Alangkah celakanya bagi yang memusuhinya karena ia tidak akan mendapat rahmat.

Kaum mukminin mendapat keselamatan darinya,

Apabila berjalan di hadapan para pembangkang di neraka.
Allah-lah yang selalu menjaganya dari hawa nafsu,

Dalam memberikan perintah dan larangan.

Maka hati-hatilah orang yang menentang perintahnya,

Dari bencana dan siksaan yang sangat menyakitkan.

Memiliki mukjizat yang sangat banyak dan tanyakanlah,

Kepada kerikil-kerikil dan binatang-binatang yang membenarkan.

Beliau sangat menguasai ilmu nahwu dan memiliki kemampuan untuk memecahkan persoalan dengan mengambil syahid (contoh) dari Al Qur’an dan hadits untuk menguatkannya, bahkan terkadang beliau melakukan kritik terhadap ulama nahwu, sehingga di antara mereka ada yang mengatakan,

Kamu telah mempelajari ilmu nahwu dan menguasainya sehingga menjadi seorang malik (menguasai ilmu nahwu) dan Ibnu Malik (pengarang Alfiyah -penerj.).

Ibnu Hajar juga seorang Muarrikh (sejarawan). Beliau sangat senang mengkaji sejarah, peristiwa, dan kehidupan para perawi dengan teliti, obyektif dan pikiran yang cerdas.

Ibnu Hajar juga seorang Mufassir (ahli tafsir). Beliau menghafal dan memahami Al Our’an, mengetahui gira’at (bacaan) Al Our’an, kemudian mendalami ilmu Al Our’an, tafsir, nasikh-mansukh, muthlag- mugayyad, dan ‘aam-khash. Setelah itu beliau menafsirkan ayat-ayat Al Our’an.

Ibnu Hajar juga seorang fagih (ahli Fikih). Dalam mendalami fikih beliau memiliki metode sendiri, yaitu dengan menggabungkan antara fikih dan hadits. Kedua ilmu ini sangat jarang dikuasai oleh satu orang sekaligus. Sebelumnya beliau menguasai ilmu hadits, setelah itu digabungkan dengan fikih sehingga menjadi fikih hadits, hal itu dilakukan karena beliau memiliki kemampuan dalam melakukan istinbath (mengambil kesimpulan hukum) dari nash, atau kemampuannya dalam menggabungkan beberapa pendapat, sehingga dengan kemampuan itu beliau termasuk muhaddits Al fugaha” (ahli haditsnya ulama fikih) dan fagih Al Muhadditsin (ahli fikihnya ulama hadits) pada masanya.

Ibnu Hajar juga seorang Muhaddits (ahli hadits). Beliau menguasai ilmu hadits dirayah dan riwayah, mengetahui cacat sebuah hadits, kritik sanad, nama perawi hadits, biografi para perawi, jarh dan ta ‘dil, sehingga beliau menjadi seorang ulama ilmu hadits.

Hafizh Tajuddin bin Oarabili berkata, “Aku bersumpah atas nama Allah, tidak ada seorang di Damaskus yang banyak menghafal hadits setelah Ibnu Asakir kecuali Ibnu Hajar.” Pada kesempatan yang lain dia telah melebihkan beliau dari para ahli hadits yang lain, seperti Mazzi, Birzali dan Dzahabi, lalu ia berkata, “Dalam diri Ibnu Hajar terkumpul semua dari apa yang mereka miliki dalam memahami dan menghafal matan, sanad, dan melakukan istimbath hukum serta menyatukan dua dalil yang kontradiksi.”

Murid Ibnu Hajar

1. Al Hafizh As-Sakhawi (831-902 H), seorang ulama besar dan  sejarawan ahli hadits, tafsir, fikih, ilmu bahasa (linguistik), sastra  Arab dan orang yang paling Menguasai Ilmu jarh wa ta’dil (kntik
sanad dan matan).
Diantara kitab karangannya adalah, “Fath Al Mughits fi Syarh  Alfiyah Al Iragi”, “Syarh At-Tagrib li An-Nawawi”, “Magashid  Al Hasanah”, “Syarh Asy- Syama'”i li At-Tirmidzi”, dan lainnya.

2. Zakaria Al Anshari (826-926 H). Syaikh Islam, Hakim Agung  (Qadhi Qhudhat), dan penghafal hadits. Ia juga ahli tafsir, fikih,  qira’ at, tasawwuf, nahwu dan mantig (logika).
Buku-buku karangannya adalah, “Fath Ar-Rahman bi Kasyfi ma  Yaltabisu min Al Ouran”, “Tuhfat Al Bari ‘ala Shahih Al Bukhari”, “Syarh Sudzuru Adz-Dzahab fi Nahwi”, “Ghayat Al Wushul fi Ushul Figh”, “Asna Al Mathalib fi Syarh Raudh Ath-Thalib fi Al Figh”, dan kitab-kitab lainnya.

3. Al Kamal bin Hamam (790-861 H), seorang ulama dalam bidang fikih, ushul fikih, tafsir, faraidh, tasawuf, nahwu, sharaf dan yang lainnya.
Karangannya, “Fath Al Oadir fi Syarh Al Hidayah fi Al Figh Al Hanafi”, “Tahrir fi Ushul Figh”, “Zaad Al Fagir Mukhtashar fi Furu’ Al Hanafiah”, dan lainnya.

4. Ibnu Taghri Burdi (813-874 H), seorang tokoh besar ahli sejarah. Diantara buku-buku karangannya, “Al Minhal Al Shafy wa Al Mustawfa ba’da Al Wafa”, “An-Nujum Az-Zahrah fi Muluk Mishri wa Al Oahirah”, “Hawadits Ad-Duhur fi Mada Al Ayyam wa Syuhur”, dan lainnya.

5. Abu Al Fadhal bin Syahnah (804-890 H), seorang ahli fikih, ushul fikih, hadits, sastra dan sejarah. Karangannya adalah, “Thabagat Al Hanafiah” dan “Nihayat fi Syarh Al Hidayah.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Wa Kami